Serba-serbi Naik Kereta di Jepang

All the commuters out there! Throw your hands up on me!

Yuhuuu. Sebagai anker (anak kereta) sejati, gue bikin bab khusus tentang moda transportasi andalan ini dengan sepenuh hati. Jepang punya sistem kereta yang super intricate but at the same time conveniently integrated. Perlu waktu beberapa saat untuk mempelajari dan memahami perpetaan kereta Jepang, terutama Tokyo yang ampun-ampunan ribetnya. But the best way to actually understand it is just simply, nekadly, jump in and experience it firsthand.

Okay, so what do you have to know about this railways system before you actually take a dive?

Manajemen

Sekitar 70% jalur kereta di Jepang dikuasai oleh perusahaan JR (Japan Railways), sementara 30% sisanya dijalankan oleh sejumlah perusahaan swasta lainnya seperti Keikyu, Keihan, Nishitetsu, Meitetsu, dan lain-lain yang tersebar di seluruh Jepang.

Meski dijalankan oleh beberapa perusahaan yang berbeda, hampir seluruh jalur kereta yang malang-melintang itu tetap saling terintegrasi. Jadi nggak masalah kalau kita mau pindah dari kereta JR ke kereta Keikyu misalnya.

Logo Perusahaan JR
Logo Perusahaan JR

Kategori

Berdasarkan kecepatan dan stasiun yg dikunjungi, kereta-kereta di jepang terbagi menjadi:

  1. Local (kakueki-teisha atau futsu-densha)
    Berhenti di setiap stasiun
  2. Rapid (kaisoku)
    Ada beberapa Stasiun yang dilewatin aja, nggak berhenti, Harga tiket sama kayak Local
  3. Express (kyuko)
    Stasiun berhentinya lebih sedikit dari Rapid. Pada jalur JR, tiketnya lebih mahal
  4. Limited Express (tokkyu)
    Hanya berhenti di stasiun besar. Harga tiket lebih mahal
  5. Super Express (shinkansen)
    Shinkansen hanya dioperasikan oleh JR dan biasanya punya track dan peron sendiri yang terpisah dari kereta biasa.Biayanya jauh lebih mahal

Subway

Ini sih dikotomi geblek-geblekan aja ala gue. Intinya, kalau dari tipenya, kereta Jepang itu bisa dibilang terbagi 2, yang di atas tanah, sama yang di bawah tanah atau subway. Perusahaan yang mengelola pun berbeda-beda di tiap daerah. Misalnya, di Tokyo yang jalurnya sibuk banget, ada 2 perusahaan yang mengoperasikan subway: Tokyo Metro dan Toei Subway.

Logo Metro dan Toei. Kereta Commuter kita di Indonesia rata-rata bekas Metro. Masih ada logonya kok di bodi kereta. Sumber: www.tokyofromtheinside.com
Logo Metro dan Toei. Kereta Commuter kita di Indonesia rata-rata bekas Metro. Masih ada logonya kok di bodi kereta kita. Sumber: http://www.tokyofromtheinside.com

Stasiun

Jangan takut kelewatan turun stasiun gara-gara nggak bisa bahasa Jepang. Hampir di setiap kereta selalu diumumkan kita berhenti di mana dan selanjutnya stasiun apa, baik dalam bahasa Jepang maupun Inggris. Jadi dengarkan baik-baik. Selain itu, ada juga kereta yang punya monitor di atas pintu untuk menunjukkan stasiun pemberhentian selanjutnya, baik dalam kanji maupun bahasa Inggris.

Di setiap stasiun tempat berhenti juga selalu ada plang nama stasiun dalam tulisan kanji, hiragana, dan latin. Dan plang itu tersebar dimana-mana sehingga hampir selalu terlihat dari sudut manapun di dalam kereta. Di plang itu juga kelihatan nama stasiun sebelum dan sesudah.

Jalur

Oke. Kalau sudah tau stasiunnya apa, yang perlu diperhatikan adalah jalur atau line. Karena ada beberapa stasiun besar yang punya line lebih dari satu. Ibarat kata, Stasiun Manggarai dilewati kereta line Bogor – Jakarta Kota tapi punya juga line Manggarai – Jatinegara. Kalau mau ke Jakarta Kota, jangan sampai salah naik yang Manggarai – Jatinegara dong? Ya nggak?

Bedanya, kalau di Jakarta kita nggak punya nama khusus untuk line itu, makanya kita biasa sebut aja jurusan Bogor – Jakarta Kota. Tapi kalau di Jepang, setiap line itu punya nama. Misalnya di Tokyo ada Chiyoda Line, Yamanote Line, Oedo Line, dan sebagainya.

Ini peta kereta Tokyo dengan jalur malang melintang. Monggo dimamam. Sumber: www.14metromapof.xyztokyo-train-map-2
Ini peta kereta Tokyo dengan jalur malang melintang. Monggo dimamam. Sumber: http://www.14metromapof.xyztokyo-train-map-2

Hyperdia

Sungguhlah tak perlu kesal tak perlu gundah. Sejatinya ada sebuah situs yang menawarkan bantuan untuk mempermudah hidup kita dalam menentukan kereta apa saja yang perlu dinaiki, dimana transitnya, berapa biayanya, hingga berapa lama wakti tempuhnya.

Ini dia the mighty HYPERDIA. Situs ini sangat membantu gue dan Omo selama di Jepang. Jadi ketika kita mau pergi ke suatu tempat, pada dasarnya cukup berpegang pada dua hal: stasiun berangkat dan stasiun tujuan (yaeyalah).

Misalnya, dari penginapan gue di Kuramae, gue mau ke Tokyo Camii Mosque. Stasiun terdekat dari penginapan gue adalah Stasiun Kuramae, dan stasiun terdekat dari Tokyo Camii Mosque adalah Stasiun Yoyogiuehara. Keduanya ada di line yang berbeda. Jadi aku harus transit dimana? Mari serahkan pada Hyperdia.

Hyper1
Masukkan Kuramae di kolom “From”, dan Yoyogiuehara di kolom “To”. Supaya lebih akurat, masukkan jam keberangkatan. Gue sih lebih sering nggak. Hahaha.

Hyperdia akan langsung menawarkan beberapa pilihan rute. Coba tengok rute paling atas karena biasanya yang paling efisien dipajang di atas.

Hyper2
Dari Stasiun Kuramae ke Stasiun Yoyogiuehara

Artinya dari Kuramae gue harus naik kereta di Oedo line transit di Shinjuku-Nishiguchi, kemudian jalan kaki sampai Shinjuku, kemudian lanjut naik kereta di Odawara Odakyu line turun di Yoyogiuehara. Harga tiketnya adalah 430 yen dengan waktu tempuh 36 menit. Harga tiket ini agak mahal karena gue harus ganti-ganti line.

Hyperdia nggak hanya menampilkan 1 cara loh, ada beberapa pilihan rute lain untuk sampai ke tempat tujuan. Biasanya beda tempat transit, jumlah berapa kali transit, waktu tempuh, atau tarifnya. In this case, pilihan rute ke-2 malah lebih murah dan cepat, meskipun ganti-ganti line-nya lebih banyak

beberapa pilihan cara berkereta dari Kuramae - Yoyogiuehara. Perbedaan biasanya ada pada harga dan waktu tempuh.
Beberapa pilihan rute lainnya dari Kuramae – Yoyogiuehara. Perbedaan biasanya ada pada harga dan waktu tempuh.

Tapi gue tetap sarankan untuk memiliki dan mempelajari peta kereta Jepang (terutama Tokyo) dalam bentuk printout. Karena ada saat-saat baterai ponsel habis atau nggak ada wifi jadi boro-boro bisa buka Hyperdia. Lagipula, setelah 2 hari di sana, gue dan Omo udah mulai jago (Alhamdulillah) dan cukup mengandalkan peta di brosur, modal ngambil gratis di bandara.

Kartu-kartu Asoy

  • IC Cards atau Prepaid Cards adalah kartu yang berperan sebagai uang elektronik. Bisa digunakan untuk bayar tiket kereta, bus, jajan di mini market, makan di sejumlah restoran, sampai belanja di toko-toko terkemuka. Kalau di Indonesia mungkin kayak Flazz BCA atau Mandiri e-Money. IC Cards bisa dibeli di mesin-mesin yang tersedia di semua stasiun kereta.
Sumber: jr-shikoku.co.jp
Sumber: jr-shikoku.co.jp
  • City Passes adalah beragam kartu hemat (kartu paketan) untuk transportasi kereta dan bus di Jepang. Jenisnya banyaaaaaak banget di Jepang. Biaya transportasi bisa lebih murah kalo lo beli sesuai dengan kebutuhan di itinerary. City Passes ini bisa diperoleh di stasiun atau tourist center. Beberapa contohnya adalah:
    • Misalnya One Day Ticket for Tokyo Metro & Toei Subway. Dengan kartu seharga 1000 yen, lo bebas naik subway Metro maupun Toei selama sehari secara unlimited di Tokyo, nggak perlu bayar-bayar lagi. Ini akan menguntungkan kalau kita bisa atur tempat yang kita datangi dalam sehari bisa ditempuh dengan subway saja.
    • Contoh lain adalah Kyoto Sightseeing One Day Pass seharga 1200 yen yang bebas dipakai seharian buat naik subway dan city bus di Kyoto. Waktu itu, gue beli kartu ini karena tau dalam satu hari itu gue dan omo bakal naik-turun bus sesering itu. Di Kyoto, tarif bus jauh dekat adalah 230 yen. Jadi bisa lebih hemat kalau pakai pass ini.
    • Contoh lagi adalah Osaka Kaiyu Ticket seharga 2550 yen. Dengan harga tiket segitu, gue udah dapet tiket masuk aquarium Kaiyukan sekaligus unlimited ride for train/bus for a day.
Kyoto Sightseeing One-day Pass (1200 yen), Two-day Pass (2000 yen)
Kyoto Sightseeing One-day Pass (1200 yen), Two-day Pass (2000 yen)
  • Japan Rail Pass atau JR Pass adalah kartu paketan untuk transportasi menggunakan kereta JR, bus JR, dan beberapa line shinkansen. Kartu ini cuma bisa dimiliki oleh turis asing dan pemesanan harus dilakukan di Negara asal si turis sebelum berangkat ke Jepang.

Banyak orang maupun review di internet merekomendasikan untuk beli JR Pass karena dinilai nggak ribet dan coveragenya luas. Tapi kalo menurut gue, tergantung banget sih. CEK LAGI ITINERARY NGANA karena JR Pass itu maharani.

  1. Apakah bakalan sering travel pindah-pindah kota pakai shinkansen? Karena tiket shinkansen memang kalau dibeli satuan mahal banget.Tapi kalau cuma pengen nyoba doang naik shinkansen, ambil aja jalur paling pendek dan murah (Kyoto-Osaka) seharga 1,400an yen.
  2. Yakin akan naik kereta JR sesering itu? Gue dan Omo sih kemarin malah lebih sering naik subway.
  3. Bakalan banget naik bus JR? Gue kemarin sama sekali nggak naik bus JR.

Gue pribadi setelah merampungkan itin dan menghitung estimasi ongkos merasa kalau ngeteng pakai IC Cards jatohnya tetep lebih murah dibanding pakai City Passes atau JR Pass. Terutama JR Pass karena emang mahal banget sih.

Tarifnya Maharaniiii

Etika Berkereta

Para anker di luar sana pasti paham kualitas armada Commuter Line di Jakarta. Meski kualitas sudah jauh meningkat dibanding dulu, jeda antar kereta masih agak lama yakni 10-15 menit bahkan 30 menit. Belum kalau sudah gangguan, penumpang bisa dipaksa nunggu berjam-jam. Itu baru armadanya.

Penumpangnya lebih heboh lagi kan? Naik-turun nggak mau ngantri, sikut-sikutan, rebutan tempat duduk, ngambil jatah kursi prioritas, ngobrol dengan suara keras, jualan, sampai adu bacot semacam “Aduuuh jangan dorong-dorong dong Bu!” yang dibalas dengan “Yeee! Kalau mau lega naik taksi sono!!!”.

Di Jepang, lo bakal merasakan nikmat sesungguhnya menjadi komuter pakai kereta. Karena armadanya banyak dan sistemnya rapi, jeda nunggu rata-rata cuma 2-3 menit. Kalaupun telat ada gangguan, telatnya bakalan cuma sekitar 3-5 menit.

Penumpangnya juga rapi dan teratur banget. Menurut pengamatan ecek-ecek gue, ada beberapa tipe:

  • Tokyo: Suasana di dalam kereta di Tokyo itu asli HENING banget. Mau rush hour kayak apapun, nggak ada orang ngobrol atau berisik. Rata-rata mereka adalah pekerja yang main ponsel, denger musik, baca buku, atau ya emang diem aja entah bengong atau mikir. Semua orang kayak mesin. Naik-turun sangat teratur, antrian rapi, dan semua selalu pasang muka alert dengan gerakan sigap. Gue sama Omo aja sampai harus bisik-bisik banget kalau mau diskusi turun stasiun apa.
  • Kyoto: Jujur aja di Kyoto lebih enak naik bus karena kotanya kecil dan banyak banget pemandangan yang bisa manjain mata di luar sana. Suasana di kereta tetap hening meski masih ada beberapa orang ngobrol dengan suara pelan. Mungkin karena orang-orangnya juga lebih ramah dan laid back secara pesona Kyoto ada pada budaya tradisional yang kental dan bukan megapolitan kayak Tokyo. Tapi keteraturannya tetap maksimal.
  • Osaka: Nah ini. Nah ini nih. Mengingat Osaka adalah kota sarangnya komedian. Biarpun lebih metropolitan dari Kyoto, orangnya cenderung cablak-cablak. Suasana di dalam kereta sama sekali nggak tegang. Usia penumpangnya lebih beragam dari anak-anak sampai aki-nini. Rata-rata lebih ramah senyum dan pada doyan ngobrol. Jadi suasana nggak hening-hening amat. Aku suka!
  • Kobe: Kurang lebih mirip-mirip Osaka lah.
Subway di Tokyo. Sepi. Candid. Diem-diem.

Begitchu lah kurang lebih serba-serbi dan kehebohan perkeretaan di Jepang. Mudah-mudahan bermanfaat. Salam Anker!!!

10 thoughts on “Serba-serbi Naik Kereta di Jepang

  1. mau nanya,, klo bedain kereta biasa atau yg Limited Express ada namanya ga itu di keretanya??

    soalnya pernah baca bnyk yg salah naik, harusnya naik yg Limited tapi malah naik yg biasa, jdnya waktunya lbh lama smp nya

    1. Hai Noviaaa, ampun aku lagi jarang bgt buka blog. Sejujurnya aku juga nggak bisa bedain. Aku juga selalu nanya sama penjaga stasiunnya hahaha. Maap yah 😀

  2. mbak tanya doong, masa aktif one day pass tokyo metro/toei itu mulai saat kita beli di bandara atau saat kita pertamakali gunain di stasiun ya? misalnya saya beli dan baru dipakai h+sekian gitu kira2 bisa nggak? makasiih

    1. Hi Farrah sori bgt aku lagi jarang buka blog nih. Setahuku sekarang namanya Tokyo 24hr ticket, bisa dua jenis. Kalo beli di vending machine berarti berlaku pas hari itu juga. Kalo beli di konter/ office, itu bisa untuk dipakai nanti di hari yg berbeda.

      Maaf yaah. Mudah2an manfaat

  3. yang pasti sih dijepang kalo naek sinkanzen gak mungkin ada bonek bonek yang nekad duduk diatep,, kalo mereka ampe maksa duduk diatep sinzanken yang ada pas nyampe tinggal bajunya doank, badannya ketinggalan distasiun sebelumnya xixixi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s