Oyeah. Setahun sudah gue meninggalkan blog ini. Mana janjimu untuk nulis lebih rajin Nya? Mana janjimu nerusin panduan ke Singapore Nya? Manaaa? #suarapetir
Anyway, for my first post in a frickin’ year, gue akan memulai dengan kisah persiapan gue dan suami hanimun (again?) ke Jepang kemarin yaitu 28 Agustus – 7 September 2015. Lama banget kan macam umroh. Untung bos gue baik banget jadi boleh cuti. Oke!
TIKET
Ada beberapa hal penting yang harus diingat saat beli tiket:
– Beli tiket jauh sebelum tanggal berangkat karena lebih murah. Nggak selalu harus tiket promo kok. Rajin-rajin aja cek situs maskapai. Gue dan suami beli tiket AirAsia (Jakarta-Tokyo) dan Jet Star (Osaka-Jakarta) sejak September 2014, hampir 1 tahun sebelum tanggal berangkat. Masing-masing cuma kena sekitar 5 jutaan PP. Kalau dapet promo bisa lebih mursida tuh.
– Sebisa mungkin cari direct flight (penerbangan langsung gapake transit) atau flight row (penerbangan pake transit yang dibeli sepaket, bukan terpisah). Misalnya kemarin, gue beli flight row Jakarta-Tokyo, tapi transit dulu di Kuala Lumpur. Jadi boarding pass gue ada 2: Jakarta-KL dan KL-Tokyo tapi mereka hitungannya sepaket, sehingga kalo flight pertama gue delayed dan berakibat gue terlambat naik penerbangan kedua, tiket yang hangus akan ditanggung dan kita dikasih penginapan jika perlu.
Sementara kalau lo beli point to point (beli terpisah, Jakarta-KL beli sendiri, KL-Tokyo beli sendiri) agak berisiko. Ketika flight Jakarta-KL lo delayed dan mengakibatkan lo ketinggalan pesawat KL-Tokyo, tiket yg hangus itu nggak akan ditanggung, let alone disediain penginapan. Kalau terpaksa beli point to point, pastikan jarak antar flight nya cukup lama untuk antisipasi delay.
VISA
Oke. Ini nih yang jadi momok, kata orang susah. Seriously bikin visa Jepang itu gampang asalkan kita menyiapkan dokumen secara rapi, lengkap, dan sesuai prosedur meskipun nggak ada penjamin di Jepang. Visa Jepang bisa dibuat sejak 90 hari sebelum keberangkatan. Nih step by step nya.
- Buka situs kedutaan Jepang. Semua udah jelas kok di sini. Gue dan suami apply di kategori “Visa Kunjungan Sementara untuk Tujuan Wisata dengan Biaya Sendiri”
- Unduh dan isi dengan lengkap Formulir Permohonan Visa. Pada dasarnya kayak formulir data pribadi biasa. Beberapa isian yang mungkin perlu perhatian khusus atau agak bikin bingung:
- Photo: Cetak foto ukuran 4,5×4,5 cm harus berlatar putih, kemudian tempel di kotak yang tersedia. Studio foto sih biasanya udah paham.
- Issuing Authority: Kantor yang mengeluarkan paspor. In my case, tertulis di paspor gue “TANGERANG”, maka gue tulis di formulir “Kantor Imigrasi Tangerang”.
- Purpose of Visit to Japan: Untuk alasan mengunjungi Jepang. Jangan males dan cuma nulis “Travel” atau “Holiday” karena emang diminta untuk menuliskan dengan lebih jelas. Show some passion and willingness. Gue sendiri tulis “To experience firsthand Japanese travel, culinary and people’s charm”. Sungguh (sok) asik, bukan?
- Name and Addresses of Hotels blabla: Cukup tuliskan nama, alamat dan telepon hotel yang paling pertama dikunjungi
- Dates and Duration of Previous Stays in Japan: Gue jawab NONE karena emang belom pernah
- Name and Address of Employer: Gue tulis nama, alamat, dan telepon Sarihusada Danone, tempat gue bekerja sekarang. Untuk Omo suami gue, gue tulis NONE (Entrepreneur).
- Partner’s Profession/ Occupation: Gue kososngkan aja karena ini hanya diisi jika pembuat formulir adalah anak di bawah umur yang dijamin sama orang tuanya.
- Guarantor of Reference in Japan: Gue tulis NONE. Gue punya beberapa temen asli Jepang. Tapi sungguh rebeka tumewu (rebek/ribet) jikalau harus minta data-data mereka.
- Inviter in Japan: Sekali lagi gue tulis NONE
- Unduh dan isi dengan lengkap Jadwal Perjalanan. Usahakan buat rincian perjalanan yang feasible dan masuk akal. Jangan maksain berkunjung ke lokasi-lokasi yang berjauhan dalam satu hari. Butuh contoh? Nih mamam. Fyi, jadwal ini memang yang gue pakai untuk apply visa. Tapi kenyataannya, 2 minggu sebelum berangkat banyak perubahan di penginapan dan tempat yang gue kunjungi.
- Oke. Kalau dua dokumen tadi sudah diunduh dan diisi lengkap. Sekarang urutkan seluruh dokumen yang diminta dengan rapi. And i mean it, seriously, urutkan dengan benar dari depan ke belakang di dalam satu map :
- Paspor (valid minimal 6 bulan sejak tanggal pengajuan)
- Formulir Permohonan Visa (sudah diisi dengan lengkap dan ditempel foto)
- Fotokopi KTP (cukup bagian yang ada foto kita. Peta Indonesia ga perlu lah)
- Fotokopi Kartu Mahasiswa atau Surat Keterangan Belajar (hanya bila masih mahasiswa, karena gue bukan, maka gue skip bagian ini)
- Bukti pemesanan tiket (cetak aja ngana punya tiket)
- Jadwal Perjalanan (dari masuk sampai keluar Jepang)
- Fotokopi dokumen yang bisa menunjukkan hubungan dengan si pemohon (karena kami suami istri yang ingin masuk Jepang bersama, kami serahkan fotokopi kartu keluarga dan buku nikah)
- Dokumen yang berkenaan dengan biaya perjalanan (fotokopi buku tabungan 3 bulan terakhir, baik halaman depan yang ada nama dan tanda tangan, maupun halaman saldo 3 bulan terakhir. Konon, biaya hidup di Jepang itu sehari sejuta. Jadi kalikan aja sejuta dengan jumlah hari perjalanan lo. Gue supaya aman memang pakai buku tabungan yang jumlahnya beberapa kali lipat dari perkiraan biaya)
Sudah? Oke, ayo kita berangkat ke Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Jepang di Jakarta. Letaknya di Jalan MH Thamrin persiiiiiis banget sebelah eX. Saran gue kalau bawa mobil sendiri, datenglah sebelum 3in1, parkir di basement eX, trus jalan kaki. Bawa bacaan deh, soalnya lo akan nunggu di kursi yang sudah disediakan di luar, dan konter baru buka jam 8:30 AM. Begitu konter buka:
- Bismillaah. Ayo berdoa dulu biar lancar. Silakan mengantri dengan tenang dan hepi
- Tukar KTP/SIM dengan ID Card Visitor
- Masuk ke ruangan khusus untuk ngurus Visa
- Ambil nomor di mesin antrian B untuk orang non-Jepang yang mau ngurus Visa. Karena gue dan Omo suami-istri yang akan pergi bersama, maka cukup ambil 1 nomor antrian saja.
- Ketika nomor dipanggil ya jangan lari, tapi datangi konter. Serahkan dokumen yang sudah tersusun urut dan rapi di dalam map. Petugas di konter tersebut akan mengecek kelengkapan dokumen.
- Ambil tanda penerimaan dari petugas. Ini harus dibawa ketika pengambilan Visa 4 hari kemudian.
Empat hari kemudian, Omo berangkat ke kedutaan untuk mengambil Visa dengan biaya masing-masing Rp 330.000. Alhamdulillah, Nyanya dan Omo berhasil mendapat Visa buat masuk ke Jepang 😀 Gampang kan? (Padahal pas bikin deg-degan banget takut ga diapprove padahal udah beli tiket. Jangan lupa doa ya kak).

Nantikan tips-tips dan cerita seru liburan ke Jepang ala Omo dan Nyanya ya!
Halo Mba terima kasih sudah sharing di blog ini 🙂
btw aku mau tanya mba, dibagian Name and Address of Employer kan mba menuliskan alamat perusahaan tempat mba bekerja, apa harus melampirkan surat keterangan kerja dari perusahaan juga mba?
dan untuk fotokopi buku tabungan berarti tabungan masing-masing ya mba?
terima kasih sebelumnya jika berkenan untuk menjawab hehe