Okee gue tau. Bahkan postingan gue jalan-jalan di Jepang aja belom kelar. Trus sekarang gue posting jalan-jalan di Istanbul 8-15 Mei 2016 kemarin. #okefine #gapapalahya Yang Jepang insya Allah akan gue lanjutin kalo mood.
Bangun pagi di area Taksim, gue sama Omo (laki gue) langsung siap-siap menghabiskan setengah hari untuk mengarungi beberapa spot di Istanbul dengan jalan kaki.
Istiklal Street
Istiklal Street ini panjaaang banget dan merupakan salah satu jalan paling hits di Istanbul yang dipenuhi toko-toko dengan arsitektur menarik dan macam-macam gerobak street food yang unik. Buat sarapan, kita jajan roti Simit khas Turki (1,25 Lira). Alhamdulillah murah tapi lumayan mengenyangkan.
Yang gue sukai dari Istiklal Street adalah trem bergaya klasik yang lewat di tengah jalan. Bawaannya pengen lompat buat nebeng.
Salah satu spot favorit gue adalah pembangunan gedung di ujung jalan dekat Koc University or something. Sekat-sekat penutup area pembangunan tersebut diisi grafiti-grafiti kece karya artis-artis jalanan Turki.

Berbekal Google Maps akhirnya kita jalan kaki terus ke arah Galata Tower. Sungguh nggak kerasa kalo sambil gandengan sama mantan pacar.
Di tengah jalan, di gang mungil yang penuh toko-toko lucu, gue ketemu pedagang jus handmade. Maaak! Itu jus (rata-rata sitrus) bener-bener cuma diperes pake alat sederhana tanpa ditambah es atau gula. Gue pesen pomegranate (7 Lira) karena jarang-jarang ketemu delima segar di kaki lima Indonesia. Rasanya sungguh menyegarkan terpampang nyata. Bikin tambah kuat jalan.

Galata Tower
Akhirnya setelah melanjutkan jalan kaki, kita sampe juga di area Galata Tower. Tapi instead of naik ke menara buat mandangin view Istanbul dari atas (klgslh 25 Lira per orang), kita milih untuk duduk di area taman sambil mandangin orang dan anjing yang lalu-lalang. Rata-rata sih kayaknya mahasiswa dan siswa yang lagi siap-siap mau ke kampus atau sekolah.
Galata Bridge
Lanjut lagi, gue sama Omo akhirnya sampe di Galata Bridge. Di jembatan yang bisa dilewatin mobil, tram, maupun manusia ini, banyak warga yang memancing ikan kecil-kecil nggak tau buat apa. As usual, gue sama Omo langsung cari spot nyaman buat berhenti dan meresapi kebiasaan orang lokal. Pemandangan dari jembatan ini sungguh ciamik, dab.

Eminonu
Begitu sampai di area seberang jembatan, Eminonu, kita langsung disambut sama kedai-kedai mungil pinggir laut yang menjual Balik Ekmek atau sandwich ikan asap (8 Lira). Makannya sambil ditemani acara super asam Tursucusu (1 Lira). Yang unik dari Balik Ekmek adalah sang koki memasak ikan tersebut di atas perahu kecil yang bergoyang terus terkena gelombang air.



Anyway, usai mengitari area Eminonu sebentar, kita menyusuri rute balik ke arah penginapan. Di tengah jalan, kita ketemu sama dua pasang suami istri turis Indonesia yang juga lagi jalan-jalan di Istanbul. Hebatnya, meski sudah cukup berumur, mereka jalan sendiri tanpa pake tour guide. Bahkan berbekal GPS pun enggak. Mereka bilang cukup pake GPS mulut alias tanya kanan kiri. Ah senang ketemu saudara setanah air. Senang juga Istanbul masih ramai turis meski belum lama diteror bom.
Okeh, saatnya balik ke penginapan, nyuci baju dan berangkat ke bandara untuk terbang ke Cappadoccia!