31 Agustus 2015.
Kalau kamu seperti saya dan suami yang suka mencoba kebiasaan orang lokal kala traveling, maka kamu pasti suka dengan suasana Tsukiji Fish Market. Banyak fakta menarik tentang pasar ikan terbesar di dunia yang juga menjadi tourist attraction ini. Setiap pagi mulai jam 5, ada pelelangan tuna yang konon seru banget. Setiap harinya, pasar Tsukiji menampung 2000 ton produk laut. Luar biasa.
Selain produk laut, di Tsukiji juga banyak dijual jajanan segar, buah, sayur dan lain-lain. Saya memang tidak berniat membeli ikan, sehingga baru tiba di sana sekitar pukul 8 pagi. Perhentian pertama adalah kedai onigiri di sisi jalan yang besar dan ramai sekali. Kami membeli nasi kepal isi salmon dan tuna yang setelah digigit, mak! ikannya betul-betul ikan. Hihihi. Maksudnya, salmon dan tunanya hadir dalam chunks tebal-tebal yang sepertinya baru saja dimasak, sehingga rasanya juicy dan segar sekali.

Usai belanja onigiri, saya dan suami pun masuk ke area utama pasar, tempat para pedagang menjajakan ikan-ikan mereka. Tempatnya luaaas sekali. Banyak peraturan yang harus kami patuhi seperti: tidak boleh bawa koper, tidak boleh pakai high heels, tidak boleh menyentuh dagangan, dan yang paling terpenting, tidak boleh mengganggu lalu lalang para pedagang yang menggunakan troli, forklift, dan sebagainya.

Usai melihat-lihat area utama pasar, kami melanjutkan berburu camilan lain. Saya ngiler melihat tamagoyaki, alias telur dadar gulung yang sebenernya juga ada di Sushi Tei. Mirip-mirip dengan yang pernah saya coba di Indonesia, tamagoyaki di sini juga cenderung manis. Bedanya, telurnya seperti lebih segar dan fluffy, atau kalau kata orang jepang fuwa-fuwa. Hehehe. Berhubung tamagoyaki belum cukup nendang, kami juga jajan lagi semacam bakpao berwarna hitam isi campuran bulu babi atau uni. Rasanya enak, gurih campur manis.

Selain jajan makanan, saya juga sempat membeli teh hijau yang aromanya enak sekali untuk oleh-oleh bos. Hahaha. Saya nggak menyesal mengunjungi Tsukiji Fish Market, meskipun ada yang bilang “jauh-jauh ke Jepang main ke pasar?” Hihihi. Jalan-jalan yang seperti ini memang cocok banget sama selera saya dan suami. Kami seolah bisa merasakan denyut nadi perdagangan Tokyo di pasar yang menyenangkan ini.